Nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diramalkan terus mengalami pelemahan, meskipun kemarin (29/6/2018) menguat ke level terendahnya Rp 14.291.
Pengamat Ekonomi Fuad Bawazier mengatakan, penguatan rupiah usai diumumkannya kenaikan suku bunga 7 Days Reverse Repo Rate sebesar 50 basis point (Bps) hanya berlaku sementara saja.
"Saya sudah berkali-kali mengingatkan dan menuliskan bahwa sepanjang tahun 2018 ini rupiah cenderung akan melemah. Mungkin saja ada waktu-waktu tertentu rupiah seperti menguat tetapi itu hanya sementara saja dan selanjutnya akan melemah lagi," kata Fuad dalam keterangannya, Jakarta, Sabtu (30/6/2018).
"Jadi kalau ditarik garis lurus atau berjangka relatif panjang, per gerakan rupiah akan terus melemah," tambah dia.
Fuad menilai, penguatan nilai rupiah kemarin pun hanya efek sementara dari suku bunga BI 7 days yang dinaikkan atau selagi ada intervensi di pasar oleh BI.
"Tetapi semua 'obat kuat' itu bukannya tidak berisiko. Naikkan bunga akan memberatkan perekonomian kita dan semakin sulit bersaing dengan negara lain. Intervensi valas akan menggerus cadangan devisa kita yg terus menurun," jelas dia.
Menurut Fuad, inti dari pelemahan rupiah adalah suplai dolar atau pemasukan dolar ke ekonomi nasional lebih kecil dibandingkan dengan permintaan atau kebutuhannya. Sehingga, nilai rupiah menjadi melemah.
"Dalam bahasa ekonominya adalah karena defisit transaksi berjalan Indonesia tahun ini diperkirakan US$ 25 miliar. Defisit atau ketekoran inilah sumber utama melemah nya rupiah terhadap dolar," papar dia.
sumber detik.com
0 Comments