Mantul! Curiga Ditunggangi HTI dan FPI, Keluarga Ibu Prabowo di Sulut Dukung Jokowi!




Ini berita yang cukup baru bagi saya. Saya tahu bahwa Jokowi menang suara pada Pilpres 2014 di Manado, tetapi saya tidak tahu bahwa bahkan Jokowi-JK pun menang di kampung halamannya ibu Prabowo di Minahasa. Sebuah pukulan yang menyakitkan bagi Prabowo, karena bahkan di kampungnya sendiri pun ia tidak populer. Lebih buruk lagi, ia tidak dipilih oleh keluarga Sihar, dari ibu kandungnya sendiri.

Seharusnya memang seperti itu, penentuan pilihan politik tidak sepantasnya berdasarkan identitas. Baik itu kesukuan, golongan, maupun agama. Saya sendiri punya pengalaman seperti ini di Pilpres 2014. Di Sumatera Selatan, marak dukungan kepada Prabowo-Hatta dengan alasan bahwa Hatta Rajasa adalah orang Palembang. Semboyan usang pun dilagukan kembali, “Kalau ada orang daerah, kenapa pilih orang lain!”



Sebuah seruan yang tidak cerdas dan kolot sekali, yang sayangnya masih banyak dipegang oleh sebagian masyarakat kita. Sebagai orang Palembang juga, tidak berarti saya harus mendukung Hatta. Selain karena saya tidak terlalu tahu sepak terjang dia di politik, saya sudah lebih dulu terpesona dengan kharisma Jokowi yang hadir sebagai pendatang baru saat itu. Apa karena ada orang daerah, kita jadi tidak boleh mengikuti pilihan hati?

Dukungan tidak boleh diintervensi oleh alasan-alasan identitas. Kita boleh saja mempengaruhi pilihan politik seseorang, tetapi dengan alasan yang bersifat objektif, seperti kinerja atau track record-nya selama ini.

Sebelumnya, kita juga menyaksikan berita tentang keluarga Uno di Gorontalo yang lebih dulu mendeklarasikan dukungan untuk Jokowi-Amin. Berita itu pun langsung ditanggapi oleh Sandi, yang mengatakan bahwa pilihan politik seseorang tidak boleh diintervensi. Tetapi lucunya, ucapan Sandi itu berubah ketika ada sekelompok orang lain yang juga mengaku sebagai keluarga Uno dan mendukung Prabowo-Sandi. Ia tiba-tiba membantah kalau keluarganya mendukung Jokowi. Lalu siapa yang sebelumnya mendukung Jokowi-Amin itu?

Kenapa sebelumnya ia mengakui bahwa pendukung Jokowi-Amin itu keluarganya, tiba-tiba kemudian ia berdalih tidak mengakui mereka sebagai keluarga? Apa Sandi tidak kenal dengan keluarganya sendiri? Bisa jadi, karena itulah mereka tidak merasa perlu untuk mendukung Sandiaga Uno.

Kali ini, giliran keluarga Prabowo yang lebih memilih Jokowi daripada keluarganya sendiri. Dari detikcom, dilansir bahwa Calon presiden Joko Widodo (Jokowi) mendapatkan dukungan dari keluarga Sigar di Sulawesi Utara. Mereka yang memberikan dukungan adalah keluarga dari ibunda capres Prabowo Subianto, Dora Marie Sigar.

Dalam video yang beredar, para perwakilan dari keluarga Sigar di Minahasa, Sulawesi Utara, memakai baju putih berlambang #01 Jokowi-Ma'ruf. Sang deklarator mengaku masih memiliki hubungan keluarga dengan Prabowo.



"Kami keponakan asli dari Bapak Prabowo Subianto, asli. dan kami ini keluarga Sigar yang berada di sini menjunjung Bapak Jokowi, satu," ujar salah seorang deklarator saat menyatakan dukungannya.

Acara tersebut juga dihadiri sejumlah perwakilan relawan Bravo-5. Ruhut Sitompul selaku Jubir Bravo-5 membenarkan dukungan yang diberikan keluarga Prabowo di Sulut kepada Jokowi.

"Mereka Kristiani-nya sangat kuat. Mereka tahu, mereka bukan melihat partai, tapi khawatir didukung oleh HTI, FPI, yang gitu-gitu. Mereka mau yang nasionalis," ujar Ruhut kepada wartawan, Selasa (2/4/2019). Selain itu, mereka juga mengakui bahwa hasil kerja Jokowi sudah sangat baik selama ini, sehingga layak untuk melanjutkannya 5 tahun ke depan.

Bergabungnya ormas-ormas radikal memang menjadi pisau bermata dua untuk kubu 02. Di satu sisi, mereka memanfaatkan mereka sebagai alat politik, di sisi lain mereka akan dijauhi oleh umat dari agama lain. Semakin kuat kubu 02 menggunakan isu agama, maka semakin ramai umat nonmuslim mengalihkan dukungannya ke Jokowi-Amin yang berafiliasi dengan Islam moderat, bukan yang marah-marah dan intoleran.

Kita tinggal di negara demokrasi yang menjunjung tinggi keberagaman, karena itu kita wajib menolak ormas radikal. Jika mereka bergabung dan mendukung kubu 02, maka sama saja kubu 02 sudah menerima “tawaran” ormas radikal ini. Demi menjaga bangsa tercinta ini, maka memilih Jokowi adalah sama dengan menolak ormas radikal tersebut. Benar kata Hendropriyono, pertarungan Pilpres kali ini bukan hanya antara Jokowi vs Prabowo, tetapi juga ideologi Pancasila vs khilafah.

#JokowiAntiRadikalis

#JokowiLagi
loading...

Berita Terkait

Post a Comment

0 Comments