Debat Keempat Ungkap Kelainan Jiwa Prabowo




Usai digelarnya debat Capres keempat kemarin, banyak pengamat menilai penampilan Prabowo telah melegitimasi asumsi yang selama ini beredar luas di publik tentang dirinya yang jadul, keras kepala, dan temperamen.

Selain dinilai jadul, keras kepala, dan temperamen, Prabowo yang sejak lama sudah dianggap sebagai sosok yang sombong dan angkuh makin dipertegas dalam performa debatnya karena mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang merendahkan institusi pemerintah, termasuk TNI yang notabene pernah membesarkan namanya.



Tak cukup pada penilaian negatif seperti tersebut di atas, beberapa pengamat juga menyatakan Prabowo telah kehilangan semua polesan yang selama ini dilakukan seperti bergaya ramah, berlagak santun, berpenampilan Islami, dan segala rupa pura-pura lainnya. Semuanya luntur ketika Prabowo menunjukkan dirinya yang keras kepala, pemarah, sombong, dan penuh keangkuhan.

Keluar dari pengamatan banyak orang, semula saya melihat ada yang baru dari penampilan Prabowo yang minimal bisa dibanggakan sebagai Capres penantang Petahana di malam debat keempat. Keberaniannya mengungkap ada orang-orang terdekat Presiden sebagai ABS (Asal Bapak Senang) yang berkonotasi sebagai 'penjilat', dan menurutnya petinggi TNI termasuk di dalamnya adalah hal baru. Terlebih saat ia mencontohkan prilaku ABS itupun sudah ada dan dilakukan oleh para jenderal atasannya ketika ia masih aktif sebagai tentara. Dalam kalkulasi sesaat, saya menganggap Prabowo cukup punya nyali untuk menyatakannya secara terbuka ke publik di forum debat yang disiarkan secara langsung oleh banyak media.

Tapi hingga debat usai, penilaian saya tentang keberanian Prabowo berganti anggapan bahwa ia sama sekali tak punya nyali. Karena idealnya dia bisa menyebutkan setidaknya satu saja orang terdekat Presiden yang ia sebut berprilaku ABS. Kemudian di mata saya, Prabowo tak lebih sekedar memainkan retorika seperti biasanya ia berorasi dihadapan para pendukungnya. Nyalinya hanya sebatas berasumsi tanpa dilengkapi data akurat yang mampu melegitimasi ucapannya.

Lebih dari sekedar beretorika, Prabowo juga tampak berprilaku layaknya orang yang memiliki kelainan jiwa. Di forum debat itu, Prabowo menunjukkan sikapnya masih seperti dulu dimana ia ada dalam lingkup kekuasaan, sebagai mantu Soeharto, Presiden penguasa rezim orde baru yang otoriter. Prilaku semena-mena dan gegabah Prabowo ketika itu sudah banyak diungkapkan oleh seniornya yang beberapa diantaranya adalah atasannya di militer.

Mungkin karena terbawa emosinya yang meledak-ledak, Prabowo akhirnya lupa bahwa ia tak lagi di era Soeharto yang bisa membuatnya semena-mena, bahkan pada atasannya sendiri di tentara. Ia pun lupa diri hingga bicara seenaknya merendahkan TNI dan Diplomat, membentak Presiden, dan bahkan memarahi rakyat yang ikut menyaksikan penampilannya. Bukankah ini kegilaan yang teramat sangat dari seorang Prabowo Subianto?



Tak cukup hanya menyaksikan penampilan debat Prabowo, selanjutnya saya melakukan pencarian tentang informasi kegilaannya, dan saya menemukan beberapa pernyataan mantan petinggi TNI yang dulunya juga pernah menjadi atasan Prabowo.

Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Hendropriyono adalah diantaranya. Ia pernah menyatakan Prabowo memiliki kelainan jiwa, bahkan sejak mereka sama-sama aktif di militer. Menurutnya Prabowo pernah mendapatkan nilai Grade (G-4) saat mengikuti ujian kesehatan pra-perwira TNI.

"Saya waktu itu bisa melihat hasil tesnya karena menjadi atasannya. Hasil Prakeswa Prabowo itu G4, gila, bahkan mendekati schizophrenia," kata Hendropriyono dalam diskusi yang diselenggarakan relawan Kawan Jokowi di Jakarta, Selasa 3 Juni 2014 lalu sebagaimana dirilis berbagai media.

Lebih lanjut Hendropriyono mengatakan, seorang anggota TNI dengan kondisi kejiwaan seperti itu sangat temperamental dan mudah terpancing amarahnya. "Ini bukan hanya emosional, tetapi sudah psikopat," katanya.

Selain Hendropriyono, pernyataan serupa juga pernah ditulis oleh seorang pengamat politik Suko Waspodo. Suko menuliskan pernyataan kawannya seorang politisi senior prihal sakit jiwa Prabowo yang disebut sebagai 'Delusi Megalomania'.

Penyakit tersebut seperti tertulis di artikel Suko ditunjukkan Prabowo dalam kecenderungan selalu membenarkan diri sendiri, egois, dan tak tahan stress. Selama di TNI salah asuh, hampir tak ada yang menegur, dan bertindak semaunya. Atasannya enggan mengingatkan karena sering terjadi konflik melawan atasan. Selama hampir dua puluh tahun di militer, sifat-sifat itu berkembang tanpa kontrol.

Penyakit kejiwaan Prabowo membuatnya memiliki fantasi tentang kekuatan, kekayaan dan 'kemaha-besaran' di dalam dirinya. Karena itulah tak heran ketika di panggung debat terbuka, dalam kondisi emosional Prabowo menunjukkan kegilaannya. Gila kan?
loading...

Berita Terkait

Post a Comment

0 Comments