Kemarahan Prabowo terhadap media di Indonesia yang tidak meliput acara reuni akbar 212 itu tidak dapat dipandang enteng. Itu bukanlah sebuah kemarahan yang biasa. Prabowo sudah menunjukkan reaksinya. Prabowo sudah memberikan sinyal kepada media di Indonesia agar berhati-hati. Karena tindakan tegas akan diberlakukan jika nanti Prabowo berkuasa.
Acara reuni akbar 212 pada hari Minggu kemarin hanya disiarkan langsung oleh TV One. Tak ada tv swasta nasional lain yang menyiarkannya secara langsung. Stasiun tv hanya memberitakannya disela-sela acara siaran berita mereka. Dan menurut Prabowo itu sangat tidak etis. Sangat tidak masuk akal di kala sekian juta orang berkumpul bersatu mengadakan satu acara, namun hanya satu stasiun televisi yang meliputinya secara langsung.
Kemarahan Prabowo terhadap media di Indonesia yang tidak meliput acara reuni akbar 212 itu tidak dapat dipandang enteng. Itu bukanlah sebuah kemarahan yang biasa. Prabowo sudah menunjukkan reaksinya. Prabowo sudah memberikan sinyal kepada media di Indonesia agar berhati-hati. Karena tindakan tegas akan diberlakukan jika nanti Prabowo berkuasa.
Acara reuni akbar 212 pada hari Minggu kemarin hanya disiarkan langsung oleh TV One. Tak ada tv swasta nasional lain yang menyiarkannya secara langsung. Stasiun tv hanya memberitakannya disela-sela acara siaran berita mereka. Dan menurut Prabowo itu sangat tidak etis. Sangat tidak masuk akal di kala sekian juta orang berkumpul bersatu mengadakan satu acara, namun hanya satu stasiun televisi yang meliputinya secara langsung.
Prabowo juga menuduh bahwa media di Indonesia sudah partisan. Ketika acara tersebut melibatkan Prabowo tak ada satu pun media yang memberitakannya. Hanya satu stasiun TV yang meliput. Prabowo sangat kecewa. Sangat-sangat kecewa kenapa media di Indonesia seperti itu.
Seharusnya Prabowo tidak perlu marah-marah kepada media. Mengapa? Bukankah kubu Prabowo sudah memboikot Metro TV? Bagaimana mungkin Metro TV akan meliput kegiatan tersebut jika nyawa reporter mereka akan terancam jika meliput acara tersebut? Tentu keselamatan reporter Metro TV lebih dipentingkan daripada sekedar hanya meliput kegiatan reuni tersebut.
Dan tuduhan bahwa media di Indonesia sudah membohongi publik terkait peserta acara reuni 212 yang disebutkan hanya sekitar ribuan orang itu jelas-jelas adalah tuduhan yang sangat kejam. Pertama media mengutip nara sumber yang menyatakan bahwa peserta tersebut hanya berkisar ratusan ribu orang adalah tidak salah. Karena media tidak beropini. Karena ada juga media yang melaporkan peserta reuni berdasarkan pernyataan dari ketua GNPF-Ulama yang menyebut peserta sekitar 8 juta orang. Dan itu sah-sah saja selama media tidak beropini.
Lalu kenapa Prabowo harus marah kepada media? Apa hubungannya reuni 212 dengan Prabowo? Bukankah Prabowo hanya sebagai tamu undangan di situ? Apakah korelasinya Prabowo dengan reuni 212 tersebut? Apakah Prabowo merasa kecewa bahwa yang hadir di reuni tersebut tidak sesuai dengan kenyataan yang ia harapkan?
Mungkin Prabowo berharap yang datang itu berjumlah jutaan orang seperti yang ia kemukakan. Prabowo menginginkan yang hadir itu berjumlah 11 juta orang, tetapi kenyataannya hanya berkisar ratusan ribu orang saja. Dan Prabowo kecewa atas kejadian tersebut. Sehingga menuduh media tidak melaporkan hal yang sebenarnya. Padahal Prabowo sendirilah yang berimajinasi bahwa yang hadir itu berjumlah 11 juta orang.
Secara logika tidak mungkin area sekeliling Monas akan dapat menampung orang sebanyak itu. Karena penduduk Jakarta pada tahun 2017 saja hanya berkisar 11 juta orang. Apakah mungkin seluruh penduduk Jakarta hadir di acara tersebut? Dan ditambah lagi dengan ribuan orang dari luar daerah, apakah mungkin area Monas akan dapat menampung seluruh warga Jakarta plus peserta dari luar daerah?
Kengawuran Prabowo ini saya tidak tahu dapat dari mana. Apakah ada bisikan dari anak buah yang hanya sekedar ingin menyenangkan hati Prabowo? Atau ada tagihan logistik dari penyelenggara kepada Prabowo yang menyebutkan angka 11 juta itu? Saya sendiri tidak tahu. Tapi, pernyataan Prabowo bahwa peserta yang hadir di acara reuni 212 itu sungguh tidak masuk akal.
Sebagai seorang calon pemimpin bangsa ini, pernyataan Prabowo tersebut mengisyaratkan bahwa Prabowo sangat tidak matang dalam berpikir. Dan akan sangat berbahaya jika nanti memimpin bangsa ini. Karena tanpa cek dan ricek Prabowo langsung percaya terhadap apa yang ia dengarkan. Ini sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Bagaimana kalau Prabowo mendapat bisikan yang salah terkait keselamatan bangsa? Apa tidak hancur negara ini?
Dan tindakan Prabowo yang memarahi awak media dan jurnalis karena tidak memberitakan acara reuni 212 itu sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup media di Indonesia. Saya tidak bisa membayangkan jika Prabowo yang berkuasa. Mungkin media-media di Indonesia yang bertentangan dengan Prabowo akan langsung dibredel seperti zaman Soeharto.
Di zaman Soeharto tak ada media yang berani mengkritik kepemimpinan Soeharto. Media yang berani mengkritik akan langsung dibredel. Detik, Tempo dan Kompas sudah pernah merasakan bagaimana tangan dingin Soeharto lewat Harmoko. Hari ini kritik besok sudah tidak terbit lagi. Izinnya langsung dicabut saat itu juga.
Mau kejadian seperti itu terulang kembali? Kalau mau, silakan pilih Prabowo jadi Presiden. Mungkin bukan hanya media yang akan dibredel, medsos pun langsung ditutup. Yakinlah!
Baca juga:
loading...
loading...
0 Comments