Setelah Santri, Fahri Maki KPK Sinting


Fahri Hamzah, politisi yang diduga dapat filler bibir itu, berteriak sinting untuk kali yang ke sekian. Sebelumnya ketika Jokowi mau jadikan 1 hari untuk Hari Santri Nasional, Fahri berkoar sinting.

Sekarang ketika KPK membongkar banyak sekali tindakan korupsi yang sudah bertumbuh subur dan berakar dari era Soeharto, bapak terkorup di dunia itu.

Apa yang ada dalam otak Fahri sebenarnya? Apa yang ada di dalam bibir Fahri sebenarnya? Kenapa lidahnya begitu ringan memaki sinting perihal hari santri dan kepada KPK yang sedang bersih-bersih? Kalau bicara logika, justru logikanya jelas. KPK lagi bersih-bersih. Artinya dulu di era Soeharto dan SBY, ada pendiaman.

Fahri adalah wakil ketua DPR-RI. Yang seharusnya orang ini bukan mewakili oknum pejabat. Tapi orang ini harus mewakili suara rakyat Indonesia. Ia harus membela uang rakyat yang sudah dibuang-buang oleh dirinya di kursi pesakitan DPR-RI dan juga kursi pesakitan oknum koruptor.

Harusnya Fahri berkoar dan menjerit-jerit seperti orang kesetanan ketika uang rakyat dirampas oleh sahabatnya. Liat itu PKS, dua eks presiden PKS terlibat korupsi, Fahri bungkam. Demokrat koalisi PKS juga produsen koruptor.

PAN lagi, air mata Zumi Zola menangisi uangnya yang hilang, Zainudin Hasan, dan kader-kader Partai “Elek” itu. Slain PAN, masih ada Gerindra.

Harusnya Fahri Hamzah kesetanan dan menjerit-jerit tak karuan sambil jeduk-jeduk kepalanya ke tembok saat istilah juz dan liqo digunakan untuk korupsi. Sekarang kenapa KPK dan Santri dikritik dan ia malah memaki “sinting”? Jadi yang sinting sebenarnya siapa?

Fahri ini lucu. Ia sok netral, tapi hatinya tidak pernah netral. Ia tidak sadar bahwa netralitas adalah sebuah mitos. Terlihat dari gelagatnya, ia adalah orang yang tidak jelas.

Ia terombang ambing di lautan lepas bergelombang. Tarikan dua kubu dialami Fahri. Tarik dari depan dan belakang, atas dan bawah. Lihat saja bibirnya seperti tertarik-tarik tak karuan.

Jika Fahri mewakili rakyat, seharusnya dia demo melihat Jokowi difitnah. Fahri malah menikmati isu itu, pula. Apakah justru dengan demikian, Fahri lah yang menjadi kandidat orang tersinting di abad ini? Atau bagaimana?

Fahri diusir oleh rakyatnya sendiri. Fahri dibuang ke tong sampah politik. Untung tidak seperti di Yugoslavia, mereka dibuang ke tong sampah betulan.

Fahri Hamzah ini rasanya kurang paham, justru KPK sedang gencar-gencarnya memberantas korupsi. Kok malah mengatakan KPK gagal karena sering ada OTT dan statement ketua KPK yang mengatakan akan setiap hari OTT jika cukup?

Ini adalah sebuah kegilaan yang hakiki. Memang sudah seharusnya UU mengenai TIPIKOR meningkatkan konsekuensi hukum jika terlibat korupsi. Sudah seharusnya hukuman untuk para koruptor ditingkatkan jadi hukuman mati. Mungkin cara ini akan membungkam Fahri dan membuat dia duduk diam terkencing-kencing di kursi pesakitan DPR itu.

Kalau Fahri memikirkan bangsa dan negara ini, tidak seharusnya dia mengunjungi si Rizieq yang kabur dari Indonesia. Sudah seharusnya Fahri ini berobat ke psikiater. Rasanya ada yang salah dengan pemikirannya.

Entah dia ini wakil rakyat atau penyedot uang rakyat. Uang rakyat begitu banyak digelontorkan ke gedung MPR/DPR, tempat Fahri berbaring di kursi pesakitan DPR-RI itu. Memang benar-benar tidak jelas. Uang disedot dengan banyak. Uang disedot oleh mulutnya Fahri.

Memang Fahri Hamzah ini adalah orang-orang yang gagal. Produk reformasi yang defect, seperti saudara kembarnya, Fadli Zon.

Harusnya Fahri mengapresiasi KPK dan Jokowi dalam memberantas korupsi dan memberikan mimpi kepada para santri. Fahri ini berbicara mewakili rakyat, atau mewakili Soeharto sih? Di era Soeharto, korupsi marak terjadi. Korupsi menggila dan tidak bisa dibiarkan semakin menggila.

Justru peranan KPK adalah mengontrol kegilaan ini. Sustaining evil.

Setan-setan berjubah putih itu, menjadi setan yang harus diusir sampai ke akar-akarnya. Harusnya para genderuwo poltiik itu dihabisi sampai kapok.

Miskinkan korupor, buang mereka ke pulau terpencill, pekerjakan mereka, sehingga ketika mereka pulang, mereka bisa menghidupi kehidupan yang mewakili rakyat jelata, termasuk Fahri Hamzah. Takut apa sih sama KPK?

Coba Fahri ngobrol dulu sama Dahnil.

Begitulah korup-korup.

loading...

Berita Terkait

Post a Comment

0 Comments