Sulit Dinalar! Prabowo Bukan Alumni 212, Tapi Marah Media Tak Liput



Prabowo Subianto semakin tidak terkontrol. Pernyataan-pernyataan yang dilontarkan olehnya sulit dinalar. Tidak hanya itu, Prabowo jadi sosok yang baperan dan emosional. Apakah orang seperti ini pantas menjadi presiden Indoesia?

Prabowo adalah muallaf. Pemahaman agamanya sangat minim. Bahkan, mengucapkan Allah SWT dan Rasulullah SAW juga keliru. Apakah bisa dipercaya jika orang seperti ini mendadak begitu religius? Mendadak terlihat peduli dengan agama Islam? Memakai peci saja masih belum benar.

Kemarahan Prabowo saat tidak banyak media yang meliput reuni 212 itu juga sangat aneh dan sulit dinalar. Memangnya Prabowo itu siapa di reuni 212? Prabowo hanyalah tamu. Kebetulan saja Prabowo nyapres dan mayoritas alumni 212 memang mendukungnya. Namun Prabowo bukan alumni 212. Prabowo tidak berhak marah. Kecuali Prabowo memang alumni 212. Tidak hanya Prabowo, Fadli Zon pun juga bukan alumni 212.

Prabowo juga terlihat kurang membaca informasi yang benar. Media tak meliput reuni 212 bukan tanpa alasan. Bukankah peserta reuni 212 telah memboikot beberapa media? Bukankah Gerindra sendiri memboikot Metro TV? Seharusnya dari hal sederhana ini saja Prabowo bisa memahami. Namun ternyata malah baper dan emosi.

Selain itu, Prabowo tak paham soal kebebasan pers. Kebebasan pers itu artinya media memiliki kewenangan untuk memberitakan sesuatu atau tidak memberitakan, itu menjadi hak media. Ketika media dipaksa untuk meliput, sama saja telah mengencingi kebebasan pers. Pers tidak lagi bebas karena dipaksa untuk meliput sebuah peristiwa.

Tidak tanggung-tanggung, Prabowo memaksa media memberitakan jumlah peserta reuni 212 adalah 11 juta. Gaya-gaya seperti ini sudah mirip orde baru dimana media dipaksa memberitakan sesuatu yang menguntungkan Soeharto. Prabowo ingin media membertikan sesuatu yang menguntungkan dirinya, yaitu harus menyebut jumlah peserta reuni yaitu 11 juta.

Untungnya sekarang bukan era Orde Baru. Prabowo pun bukan siapa-siapa di negeri Ini. Kemarahannya karena media tak memberitakan jumlah peserta reuni 212 yaitu 11 juta hanya menjadi bahan tertawaan. Media-media yang tak meliput menanggapinya dengan santai. Orang yang sedang baper memang lebih baik dibiarkan saja.

Mengikuti kemauan Prabowo untuk memberitakan jumlah peserta reuni 212 mencapai 11 juta sama saja mengencingi akal sehat. Masyarakat yang masih waras tak ada yang percaya jumlah peserta reuni 212 mencapai 11 juta. Memberitakan apa yang diinginkan Prabowo sama saja membunuh kredibilitas media. Media yang memberitakan hal tersebut akan dianggap sebagai media penyebar hoax. Sampai disini semoga Prabowo paham.

Terlepas dari itu semua, ada sesuatu yang sangat mengkhawatirkan jika seandainya Prabowo menjadi presiden. Saya mengatakan hal ini bukan berarto karena saya pendukung Jokowi. Jika meang Prabowo lebih baik dibanding Jokowi, saya tak ragu untuk mendukung Prabowo. Namun menurut akal sehatku, Prabowo sangat jauh di bawah Jokowi. Ada beberapa hal yang cukup menakutkan jika Prabowo sampai menjadi presiden.

Pertama, Prabowo kerap melontarkan pernyataan yang sebenarnya hoax karena tidak berbasis data yang akurat. Contoh sederhana soal jumlah peserta reuni 212 yang katanya 11 juta. Ini sangat tidak masuk akal. Lebih tidak masuk akal lagi hal ini dilontarkan oleh seorang capres. Sebelumnya Prabowo juga mudah tertipu. Contohnya saat dibohongi oleh Ratna Sarumpaet. Masih banyak pernyataan-pernyataan Prabowo yang tidak berbasis data yang akurat. Ini sangat berbahaya. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana Indonesia ke depan kalau presidennya mudah dibohongi dan melontarkan pernyataan yang tidak berbasis data.

Kedua, Prabowo marah dengan media karena tidak memberitakan reuni 212. Saya khawatir kalau Prabowo jadi presiden, media-media akan dibrendel seperti di era Orde Baru. Media dipaksan harus memberitakan hal-hal yang baik tentang dirinya. Sebaliknya, hal-hal yang buruk harud ditutupi dan tidak bileh diliput. Persis seperti orde baru.

Kemarahan Prabowo saat ini kepada media memang tak berpengaruh apa-apa karena Prabowo hanya capres. Namun jika sampai Prabowo jadi presiden, kemarahannya kepada media bisa berdampak dan memberikan pengaruh karena sudah memiliki kekuasan. Hal ini yang saya khawatirkan.

Semoga pilpres 2019 benar-benar akan dimenangkan oleh orang yang baik, mampu bekerja, memiliki banyak prestasi seperti Jokowi. Jangan sampai era Orde Baru kembali lahir. Mari kita bersama berjuang untuk memenangkan Jokowi.
loading...

Berita Terkait

Post a Comment

0 Comments