Cuci Tangan Mulut Belepotan: Dahnil Katakan BPN tak Perlu Bertanggungjawab Terjadinya Kerusuhan


Sang koordinator Jubir BPN itu kembali bersuara setelah sebelumnya sempat dibungkam dan dipermalukan Netizen karena secara serampangan menuduh Seword sebagai media penyebar hoax.

Dahnil merespon terjadinya aksi anarkis para demonstran yang terjadi di beberapa titik di ibukota sejak malam 21 Mei hingga 22 Mei siang hari tadi. Ia berdalih, pihaknya sudah menggunakan cara-cara konstitusional seperti diinstruksikan Prabowo dalam melakukan aksi protes terkait hasil Pemilu 2019.



Dengan pernyataan tersebut, Dahnil Anzar Simanjuntak yang katanya sudah menyandang gelar S3 itu tampak sedang melalukan upaya cuci tangan. Ia ingin membersihkan tangan kotornya dan tangan-tangan kotor kelompoknya di BPN, termasuk kekotoron tangan Prabowo sendiri.

Tak hanya berupaya cuci tangan. Dahnil juga membuang kotoran tangannya kepada pihak lain lalu menuduh pihak lain tersebut sebagai yang bertanggung jawab. "Yang bertanggung jawab adalah tentu mereka-mereka yang lakukan provokasi, mereka yang lakukan kekerasan," kelitnya pada Rabu 22 Mei 2019.

"kami atas nama BPN mengimbau semua pihak untuk menahan diri. Kepolisian menahan diri tidak secara demonstratif menggunakan persenjataan dan lainnya [dalam] melakukan penanganan terhadap massa," lanjut Dahnil di kediaman Prabowo, Jalan Kertanegara, Jakarta.

Di sini cukup jelas bahwa Dahnil berupaya menggiring opini publik seolah-olah Polisilah yang paling bertanggung jawab atas adanya kerusuhan dengan bergaya memperingati pihak keamanan yang ada di lokasi massa demonstrasi agar menahan diri dan menggunakan senjata.



Kita semua tentu geram membaca pernyataan Dahnil yang dirilis banyak media hari ini, sebab sudah bukan rahasia lagi bahwa pihak yang selalu memprovokasi dan pastinya yang harus bertanggung jawab adalah pihaknya, BPN Prabowo-Sandi, terutama Prabowo yang menjadi pucuk pimpinannya.

Jejak-jejak digital provokasi elit BPN maupun Prabowo sendiri masih banyak beredar, baik di media mainstream, terlebih di media sosial. Video-video ajakan untuk turun ke jalan yang bahkan dengan menggunakan narasi-narasi inkonstitusional seperti wacana people power, revolusi, dan lain semacamnya bisa dengan mudah kita dapatkan. Dan ini, yang sekarang oleh Dahnil coba disembunyikan, dicuci-bersihkan, dan dialihkan kepada pihak lain melalui pernyataannya.

Apakah masih ada yang mempercayainya? Tentu saja ada. Bahkan bisa banyak jumlahnya. Mereka yang sudah terlampau fanatik buta akan menelan mentah-mentah pernyataan ini. Merekalah yang kemudian beraksi menuduh Polisi dan TNI serta Rezim ini sebagai pihak yang memperovokasi dan sekaligus yang harus bertanggung jawab. Tuduhan-tuduhan ini kian santer beredar di media sosial dalam berbagai narasi dan video-video yang disebar.

Kembali pada pernyataan Dahnil seperti sebagian tertulis di atas. Ia memang cukup cerdik sekaligus licik dalam bersilat lidah. Dari sisi kejadian terkini atau aksi demo anarkis yang terjadi itu, ucapan Dahnil memang tak sepenuhnya salah. Ia berkata dalam konteks kejadian sekarang. Artinya, tuduhannya kepada pihak-pihak yang memprovokasi massa hingga terjadi tindakan anarkis bisa jadi benar, bisa saja ada pihak ketiga yang memanfaatkan situasi, tapi bukan itu tujuan utamanya. Ia hanya ingin dirinya dan kelompoknya bersih dari beban pertanggungjawaban dengan sengaja meliarkan opini dan jika bisa mengarah pada aparat keamanan.

Tapi kejadian hari ini tentu tak bisa lepas dari kejadian-kejadian sebelumnya. Dari sisi inilah Dahnil berikut semua elit BPN termasuk juga Prabowo harus bertanggung jawab atas kejadian anarkis hari ini. Apalagi diantara massa pendemo yang ada sebagiannya jelas menyatakan sebagai pendukung Prabowo-Sandi. Dan sangat mungkin pula, semua yang ada itu adalah pendukung gerakan people power yang kemudian digantikan nama menjadi gerakan kedaulatan rakyat. Dan gerakan tersebut adalah gagasan dari elit BPN yang sebelumnya terus menerus di serukan.

Dahnil memang masih bisa mengelak. Mereka semua yang ada di BPN, tak terkecuali Prabowo dan Sandi sendiri juga masih bisa cuci tangan, menghindari beban tanggung jawab karen menyebabkan massanya di bawah melakukan tindakan-tindakan anarkis. Mereka bisa bersilat lidah, bicara dihadapan media bahwa bukan mereka yang memprovokasi. Tapi bagaimana dengan jejak-jejak yang ditinggalkan selama ini? Jejak-jejak buruk itu begitu jelas terlihat seperti kotoran, belepotan di mulut Dahnil saat ia berkata-kata dengan gaya tak berdosa.
loading...

Berita Terkait